MENGUNGKAP RAHASIA DAHSYATNYA OTAK KANAN KITA ...
12:41:00 AM
Unknown
0 Comments
12:41:00 AM Unknown 0 Comments
MENGUNGKAP RAHASIA DAHSYATNYA OTAK KANAN KITA ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Seseorang yang pernah juara Olympiade
Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki pribadi yang
unggul dan
sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja,
bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu
akibat, otak kanan yang
tidak terasah.”
Demikian dikatakan
Arman Andi Amirullah, Direktorat Pembinaan TK & SD Departemen
Pendidikan Nasional Pusat, dalam Seminar Sehari “Mengungkap Rahasia Otak
Kanan Anak” di aula Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu
(19/1/2011) lalu. Pembicara lain dalam seminar ini adalah Dra Dhauharah
Bawazir, Psi,
M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang dosen psikologi dan bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Menurut Arman, ternyata tidak semua orang tahu perihal kehebatan dan
rahasia otak kanan manusia. Uniknya, berbagai macam respon timbul ketika
mendengar
informasi tentang otak kanan. Ada yang menganggap
biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak pernah mendengar, ada yang
tidak percaya bahwa otak manusia
terbagi dalam dua bagian dengan fungsinya masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa otak kanan berfungsi atau aktif
secara otomatis, apabila organ tubuh bagian kiri sedang bergerak, bahkan
ada anggapan
tidak ada pembagian otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak manusia hanya satu.
....Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan.
Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak
kanan yang tidak
terasah....
“Maka pantaslah jika Indonesia
tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan
otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia
otak
kanannya, bisa dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli,
kurang inovasi, kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang
ikhlas,”
ujar Arman.
Otak kanan yang tidak pernah diasah,
lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang
rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang
tanggungjawab, kurang
menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai
kekuatan hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah
kita masih mau menunda-nunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?” kata Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan ...
Lebih jauh Arman menjelaskan, Islam adalah agama merangsang otak kanan
manusia menjadi berfungsi. Betapa tidak, ketika kita mencoba memahami
bagaimana
pergantian malam dan siang terjadi, seperti dijelaskan
dalam Al Qur’an, tentu diperlukan daya imajinasi untuk bisa merasakan
kebesaran Tuhan dalam menciptakan
alam semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi seraya berkata: “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa bantuan
imajinasi(otak kanan), kita tidak sanggup melihat dan merasakan langsung
tanda-tanda yang dimaksud, dan tidak sanggup memikirkan penciptaan
langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan dalam hadits Nabi dikatakan: “Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan
engkau melihatnya, dan apabila kamu tidak sanggup melihat-Nya, maka
yakinlah bahwa
Allah melihat kamu.”
Sangat jelas dalam
hadits ini, perintah untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat adalah
pekerjaan imajinasi atau kemampuan “membayangkan.” Seperti
kita
ketahui, sepertiga dari ayat-ayat suci Al Quran adalah bercerita tentang
kisah jaman dahulu dan banyak menggunakan kata perumpamaan:
seakan-akan,
seperti, yang tentunya membutuhkan daya imajinasi yang
kuat. “Tahukah Anda kalau daya imajinasi adalah tanggungjawab otak
kanan?” kata Arman.
Hasil Penelitian Mutakhir ...
Tahukah Anda, bahwa kemampuan otak kanan itu memiliki kapasitas 90% dan
otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian mutakhir di AS menyebutkan,
peran logika
dalam membuat orang menjadi sukses hanya 4-6%,
sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang banyak berhubungan
dengan inovasi, kreativitas, naluri,
intuisi, daya cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit, kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan tugas otak kiri adalah yang selalu berhubungan dengan
angka-angka, bahasa, analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan.
Adapun otak kanan
bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas,
seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar,
keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan,
kejujuran, keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri maka menjadi urusan otak kanan.
.... Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya
dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat
penyimpanan memori
manakala memori otak kita penuh. Kapasitas
kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta
kilometer ....
Dikatakan Arman, otak kanan, sesungguhnya dapat
merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel
darah manusia dapat menjadi cadangan
tempat penyimpanan memori
manakala memori otak kita penuh. Perlu diketahui, kapasitas kemampuan
otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5
juta
kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di belakangnya adalah
sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali pulang pergi.
Lalu apa pentingnya imajinasi? Lebih jauh, Arman memberi contoh, Albert
Einstein menemukan teori relativitas karena kekuatan imajinasinya.
Kemudian sewaktu
duduk di bangku sekolah, gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan daya imajinasi.
Ingat..salah satu rahasia kecerdasan orang Yahudi adalah kekuatan
imajinasi, mereka menganggap imajinasi lebih kuat dari kenyataan.
Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses, bukan karena
ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne Prancis, akan tetapi
karena kemampuan
daya imajinasi seorang Andrea, kreatif meramu
perjalanan hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik, lalu ditulislah
kedalam bentuk Novel Tetralogi Laskar
Pelangi—sekarang menjadi novel
berkelas dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam berbagai bahasa.
Novelnya kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah satu
orang yang bisa membiayai untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat
game computer dari Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game
komputer, tentunya membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah
seorang yang drop out dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal
tekad dan daya
imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan, Matshushitya Konoshuke, pemilik perusahaan elektronik Jepang
“Panasonic” adalah mantan penjaga toko sepeda. Termasuk motivator
sekaligus penulis
buku terkenal Andri Wongso adalah anak dari
keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah dasar, tapi karena
keberaniannya bermimpi (daya imajinasi)
akhirnya menjadi bintang
film di Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang ditulis di kertas
pembatas buku bernama Harvest.
Itu artinya, cerdas saja tidak
cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah imajinasi,
dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot ...
Peneliti “Neuorolog” Michael Persinger di awal tahun 1990-an dan VS.
Ramachandran bersama timnya di Universitas California. Barat pernah
meneliti, adanya
titik Tuhan (God Spot) dalam otak manusia.
Ternyata, pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara
hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping
temporal otak. Melalui
pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, positron, dan area-area
syaraf tersebut akan bersinar manakala subjek penelitian
diarahkan untuk mendiskusikan topic spiritual atau agama.( Berguru Kepada Allah, Abu Sangkan,2009)
Menurut ahli syaraf, syaraf ini memiliki gejala yang unik, karena tidak
teraliri oleh darah sepanjang hari, namun tidak mati. Syaraf ini butuh
darah hanya
2-4 detik saja sebanyak 5 kali sehari. Syaraf ini
diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam oleh Allah ke dalam otak
manusia agar mampu mendeteksi
hal-hal yang berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari Sang Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya, apabila syaraf ini tidak aktif, maka orang tersebut sulit
untuk menerima hal-hal yang berbau moral/etika, apalagi spiritual.
Mungkin pula syaraf
ini yang tidak aktif pada anak kita, sehingga
sulit untuk membentuk karakter anak yang pada akhirnya nyaris gagal
membangun karakter bangsa ini.
.... Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif ....
“Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati atau kepedulian
yang tinggi. Otak kanan juga memiliki kemampuan berkolaborasi dengan
hati, memiliki
kemampuan daya kreatif dan seni yang tinggi.
Keistimewaan otak kanan juga memiliki gelombang otak bernama gelombang
alfa. Gelombang ini yang bisa merasakan keikhlasan, kebahagiaan,
ketenangan, kekhusyukan,
relaxi, hening, kepuasan, imajinatif dan seterusnya.
Praktisi pendidikan Djauharah Bawazir menambahkan, untuk memfungsikan
otak kanan anak, perlu merubah metode dan paradigma guru dan pendidikan
kearah pembelajaran
yang lebih baik dan efesien. “Pendidik harus
focus. Setelah merubah paradigma, lalu ditanamkan kesadaran, disiapkan
mental berjuang dan pengorbanannya.
Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah yang juga Dosen PGTK Bunyan.
Kata Djauharah, ketika paradigma diubah, maka seorang pendidik akan
diikuti anak didiknya tanpa paksaan, disegani tapi dicintai, menjadi
teladan, mengarahkan,
membangun semangat, mengembangkan cita-cita,
dan memotivasi. Ketika pola didik dilakukan secara maksimal, maka
terbentuklah karakter manusia yang berilmu,
bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang pendidik ketika memberikan hukuman kepada anak didiknya,
bukanlah pelampiasan kekesalan, tapi untuk kebaikan anak didiknya.
Jangan buat anak susah,
ketakutan, dan tertekan di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif.
Pendidik yang sukses adalah ketika anak didiknya selalu senang dan
bersemangat pergi ke sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya,”
tandas penulis
buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
** Sumber : http://kehebatan otakkanan,blogspot,com/2011/ 08/ mengungkap-rahasia-dahsyatnya-o tak.html
Semoga bermanfaat... :-)
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Seseorang yang pernah juara Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa memiliki pribadi yang unggul dan
sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang
tidak terasah.”
Demikian dikatakan Arman Andi Amirullah, Direktorat Pembinaan TK & SD Departemen Pendidikan Nasional Pusat, dalam Seminar Sehari “Mengungkap Rahasia Otak
Kanan Anak” di aula Kelurahan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Rabu (19/1/2011) lalu. Pembicara lain dalam seminar ini adalah Dra Dhauharah Bawazir, Psi,
M.Pd, praktisi pendidikan yang juga seorang dosen psikologi dan bimbingan konseling Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Menurut Arman, ternyata tidak semua orang tahu perihal kehebatan dan rahasia otak kanan manusia. Uniknya, berbagai macam respon timbul ketika mendengar
informasi tentang otak kanan. Ada yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak pernah mendengar, ada yang tidak percaya bahwa otak manusia
terbagi dalam dua bagian dengan fungsinya masing-masing.
Respon lain, ada yang menganggap bahwa otak kanan berfungsi atau aktif secara otomatis, apabila organ tubuh bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan
tidak ada pembagian otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah. Yang mereka percayai, otak manusia hanya satu.
....Karena mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak
terasah....
“Maka pantaslah jika Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia
otak kanannya, bisa dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli, kurang inovasi, kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,”
ujar Arman.
Otak kanan yang tidak pernah diasah, lanjut Arman, juga bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide, kurang rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang
tanggungjawab, kurang menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai kekuatan hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah
kita masih mau menunda-nunda untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?” kata Arman prihatin.
Islam dan Otak Kanan ...
Lebih jauh Arman menjelaskan, Islam adalah agama merangsang otak kanan manusia menjadi berfungsi. Betapa tidak, ketika kita mencoba memahami bagaimana
pergantian malam dan siang terjadi, seperti dijelaskan dalam Al Qur’an, tentu diperlukan daya imajinasi untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan dalam menciptakan
alam semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Qs. Ali Imran 190-191).
“Tanpa bantuan imajinasi(otak kanan), kita tidak sanggup melihat dan merasakan langsung tanda-tanda yang dimaksud, dan tidak sanggup memikirkan penciptaan
langit dan bumi,” ungkap Arman.
Bahkan dalam hadits Nabi dikatakan: “Sembahlah Tuhan-Mu seakan-akan engkau melihatnya, dan apabila kamu tidak sanggup melihat-Nya, maka yakinlah bahwa
Allah melihat kamu.”
Sangat jelas dalam hadits ini, perintah untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat adalah pekerjaan imajinasi atau kemampuan “membayangkan.” Seperti
kita ketahui, sepertiga dari ayat-ayat suci Al Quran adalah bercerita tentang kisah jaman dahulu dan banyak menggunakan kata perumpamaan: seakan-akan,
seperti, yang tentunya membutuhkan daya imajinasi yang kuat. “Tahukah Anda kalau daya imajinasi adalah tanggungjawab otak kanan?” kata Arman.
Hasil Penelitian Mutakhir ...
Tahukah Anda, bahwa kemampuan otak kanan itu memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya 10-12%. Hasil penelitian mutakhir di AS menyebutkan, peran logika
dalam membuat orang menjadi sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak kanan yang banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri,
intuisi, daya cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit, kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan tugas otak kiri adalah yang selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa, analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan. Adapun otak kanan
bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas, seni, music, inovasi, daya cipta, intuisi, otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit, keuletan,
kejujuran, keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri maka menjadi urusan otak kanan.
.... Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori
manakala memori otak kita penuh. Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer ....
Dikatakan Arman, otak kanan, sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan
tempat penyimpanan memori manakala memori otak kita penuh. Perlu diketahui, kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10 pangkat 5
juta kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di belakangnya adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali pulang pergi.
Lalu apa pentingnya imajinasi? Lebih jauh, Arman memberi contoh, Albert Einstein menemukan teori relativitas karena kekuatan imajinasinya. Kemudian sewaktu
duduk di bangku sekolah, gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan daya imajinasi.
Ingat..salah satu rahasia kecerdasan orang Yahudi adalah kekuatan imajinasi, mereka menganggap imajinasi lebih kuat dari kenyataan.
Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa sukses, bukan karena ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne Prancis, akan tetapi karena kemampuan
daya imajinasi seorang Andrea, kreatif meramu perjalanan hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik, lalu ditulislah kedalam bentuk Novel Tetralogi Laskar
Pelangi—sekarang menjadi novel berkelas dunia karena sudah dialihbahasakan ke dalam berbagai bahasa. Novelnya kemudian difilmkan dan sukses di pasaran.
Salah satu orang yang bisa membiayai untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat game computer dari Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game
komputer, tentunya membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang yang drop out dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal tekad dan daya
imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan Microsoft yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan, Matshushitya Konoshuke, pemilik perusahaan elektronik Jepang “Panasonic” adalah mantan penjaga toko sepeda. Termasuk motivator sekaligus penulis
buku terkenal Andri Wongso adalah anak dari keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah dasar, tapi karena keberaniannya bermimpi (daya imajinasi)
akhirnya menjadi bintang film di Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang ditulis di kertas pembatas buku bernama Harvest.
Itu artinya, cerdas saja tidak cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu mengasah imajinasi, dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot ...
Peneliti “Neuorolog” Michael Persinger di awal tahun 1990-an dan VS. Ramachandran bersama timnya di Universitas California. Barat pernah meneliti, adanya
titik Tuhan (God Spot) dalam otak manusia. Ternyata, pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara hubungan-hubungan syaraf dalam cuping-cuping
temporal otak. Melalui pengamatan terhadap otak dengan topografi emisi, positron, dan area-area syaraf tersebut akan bersinar manakala subjek penelitian
diarahkan untuk mendiskusikan topic spiritual atau agama.( Berguru Kepada Allah, Abu Sangkan,2009)
Menurut ahli syaraf, syaraf ini memiliki gejala yang unik, karena tidak teraliri oleh darah sepanjang hari, namun tidak mati. Syaraf ini butuh darah hanya
2-4 detik saja sebanyak 5 kali sehari. Syaraf ini diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam oleh Allah ke dalam otak manusia agar mampu mendeteksi
hal-hal yang berhubungan dengan spiritual dan ilmu yang datangnya langsung dari Sang Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya, apabila syaraf ini tidak aktif, maka orang tersebut sulit untuk menerima hal-hal yang berbau moral/etika, apalagi spiritual. Mungkin pula syaraf
ini yang tidak aktif pada anak kita, sehingga sulit untuk membentuk karakter anak yang pada akhirnya nyaris gagal membangun karakter bangsa ini.
.... Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan hati, dan kemampuan daya kreatif ....
“Otak kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati atau kepedulian yang tinggi. Otak kanan juga memiliki kemampuan berkolaborasi dengan hati, memiliki
kemampuan daya kreatif dan seni yang tinggi.
Keistimewaan otak kanan juga memiliki gelombang otak bernama gelombang alfa. Gelombang ini yang bisa merasakan keikhlasan, kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan,
relaxi, hening, kepuasan, imajinatif dan seterusnya.
Praktisi pendidikan Djauharah Bawazir menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan anak, perlu merubah metode dan paradigma guru dan pendidikan kearah pembelajaran
yang lebih baik dan efesien. “Pendidik harus focus. Setelah merubah paradigma, lalu ditanamkan kesadaran, disiapkan mental berjuang dan pengorbanannya.
Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata Djauharah yang juga Dosen PGTK Bunyan.
Kata Djauharah, ketika paradigma diubah, maka seorang pendidik akan diikuti anak didiknya tanpa paksaan, disegani tapi dicintai, menjadi teladan, mengarahkan,
membangun semangat, mengembangkan cita-cita, dan memotivasi. Ketika pola didik dilakukan secara maksimal, maka terbentuklah karakter manusia yang berilmu,
bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang pendidik ketika memberikan hukuman kepada anak didiknya, bukanlah pelampiasan kekesalan, tapi untuk kebaikan anak didiknya. Jangan buat anak susah,
ketakutan, dan tertekan di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif.
Pendidik yang sukses adalah ketika anak didiknya selalu senang dan bersemangat pergi ke sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya,” tandas penulis
buku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) itu. [Desastian]
** Sumber : http://kehebatan otakkanan,blogspot,com/2011/
Semoga bermanfaat... :-)
0 komentar:
saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih