Sequence Stratigraphy dan "Keselarasan" Manusia Gua Indonesia

7:37:00 PM Unknown 0 Comments

BACAAN SORE DARI RENUNGAN PAGI -
Sequence Stratigraphy dan "Keselarasan" Manusia Gua Indonesia

(Renungan Pagi Sedimentologi Arkeologi)

ADB

Batas Sekuen adalah Ketidak-selarasan yg berkorelasi dg Keselarasan sebanding (Prinsip Dasar Sequence Stratigraphy)

Kalau terjadi katastrofi di Jakarta, maka akan terjadi "ketidakselarasan" di Jakarta: daya dukung lingkungan hancur, banyak "species" punah, proses pertumbuhan di-reset ke awal lagi. Itulah batas sekuen kita!

Tapi ingat: Stratigrafi Sekuen juga mengajarkan adanya "Keselarasan sebanding" yg berkorelasi dg Ketidak-selarasan krn katastrofi tsb. Di manakah "keselarasan" itu? Di manakah survivor2 kita ketika Jakarta dihancurkan, ketika Aceh di gempa-tsunamikan, ketika Danau Bandung dikeringkan, ketika Toba diletuskan?

Jawabnya ada di definisi "keselarasan" itu sendiri: MEREKA YG TERUS MENERUS HIDUP SELARAS DG ALAM, besar kemungkinan akan menjadi survivor - keselarasan itu, yg nantinya akan jadi pioneer2 biosfera ekosistim baru paska-katastrofi! Saudara2 kita di Badui, di Kubu, di Samin, adalah contoh dari mereka yg hidup selaras dg alam skrg ini tanpa harus memanipulasi alam itu sendiri. Mereka mengekstraksi alam secukupnya u/kehidupan mrk sehari2, bukan "memanipulasi" dan mengambilnya berlebih-lebih! Merekalah yg terselamatkan oleh "alam", ketika teknologi maju menghancurkan dirinya sendiri.

Bahkan ketika tsunami-gempa-letusan gunung api menghantam kebudayaan2 tinggi di dataran2 rendah, mereka yg tinggal di gua-gua tempat2 tinggi jauh dari jangkauan tsunamilah yg berhasil menyelamatkan diri. Musim dingin 6 tahun karena letusan super-volkano Toba-pun mungkin akhirnya bisa mereka siasati dg hidup di gua-gua dan bertahan dari generasi ke generasi.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika seringkali kita dihadapkan pada kenyataan bahwa sebelum abad 4 Masehi sejarah Indonesia hanya didominasi oleh "manusia2 gua" alias dianggap sbg zaman "pra-sejarah" semua. Kita saja yg belum bisa menemukan bekas2 peninggalan kebudayaan tinggi yg memanipulasi alam pd waktu itu yg dihancurkan oleh siklus proses alam sendiri. Yg lebih mudah kita temukan adalah peninggalan2 manusia gua yg notabene selalu "lebih terselamatkan" dan lebih "bisa beradaptasi" menghadapi bencana2 katastrofi.

Kebudayaan2 tinggi kita di Abad ke 0 ketika Nabi Isa / Yesus mengejawantah di dunia, terkubur oleh katastrofi. Sisa2 kejayaan negeri khatulistiwa saat Plato berpidato di Eropa sana abad 8 sebelum masehi-pun masih harus kita temukan dimana adanya mereka kini. Juga kebudayaan sebanding atau lebih tinggi dari piramida Mesir yg konon dibangun 3000th sebelum masehi, mustinya bisa juga kita temui di Indonesia ini.

Bukti2 "ketidakselarasan" karena katastrofi itu semuanya menunggu untuk kita gali dan pelajari. Janganlah karena yg sering kita dapati adalah bukti "keselarasan"nya (yaitu manusia2 gua), maka terus saja kita menganggap proses kebudayaan kita linier satu fasa saja: pra-sejarah-sejarah-modernisasi. Padahal bumi telah mengajarkan lewat sequence stratigraphy: bahwa semua proses pembentukan pertumbuhan kehancuran dan keseluruhan perjalanan bumi bukan linearisme uniformitarianity, tapi siklus2 katastrofi!!!!

Maka, demikianlah kira-kira itibar yang dapat kita ambil dari Sequence Stratigraphy.

Subhanallah. Allahuakbar.

Ciledug, 14 Mei 2013
ADB - Geologist Merdeka
Anggota Tim Riset Katastrofi Purba Indonesia.

0 komentar:

saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih