PENTINGKAH SEKOLAH??? (By: Deddy Corbuzier)

3:42:00 AM Unknown 0 Comments

PENTINGKAH SEKOLAH???
(By: Deddy Corbuzier)

Sekitar empat tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah

sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah

tersebut, karna setlah itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang

kepada saya mengatakan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas

disampaikan kepada murid yang datang pada saat itu, karna saya lebih

pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.

Tapi saya akan mengatakan lagi hal ini ke anda supaya anda dapat

mendengarkan apa yang saya sampaikan pada saat itu walaupun dalam

waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara rekaman suara saya.

Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?

Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke

sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu

penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di

Indonesia.

Mengapa?
Begini saja... Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek

nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa

sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan

bahw mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja,

menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.

Kalo anda liat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi

guru. Jadi, guru matematika, ingin membuat anak2nya menjadi guru

matematika. Guru sejarah ingin membuat anak2nya yang belajar, menjadi

guru sejarah. Begitu juga dengan guru2 lainya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika.

Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia

tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya

yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau

nilainya jelek.
Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa

olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau guru2 tersebut tidak bisa melakukan hal lain

dengan nilai baik, tapi murid2nya dipaksakan mendapatkan semua

nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua

murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia

tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang

diberikan pada saat dia kecil.
Iya tidak???
Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala

hal, begitu juga murid2.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik.
Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan tidak digunakan ketika

dewasa. Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya sampai

sekarang tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya

kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya juga tidak menjadi tour

guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari

itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin

menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal

tersebut.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang

sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.

Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu

sekarang masih atau tidak harus menghafal nama2 tersebut.

Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya tidak tau, guru

akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi

orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang

bekerja pada saya. Itu adalah fakta..
Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?

Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita

lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Kalau anak tersebut suka

matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak

tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.

Jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu

sudah dijuruskan kepada apa yang dia suka, bukan dijejalkan dengan

semua pelajaran yang dia suka atau tidak harus bisa, harus hafal.
Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi

begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya

telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa? Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal,

menghafal, menghafal, menghafal. Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik,

tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah,

menghafal peta buta, dan sebagainya.
Dan biasanya anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni

rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.
Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD,

anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang dia lebih suka dan

kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang

datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke kelas untuk mengajar

anaknya.

Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh

tahunan untuk merubah itu. Saya harap satu saat bisa.
Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini

orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua

anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.

Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam

mata pelajaran, mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berhasil

nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa

yang harus dilesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru

matematika untuk memberi les tambahan matematika? Tidak perlu kan?

Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak

saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus,

saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah

mulai dikembangkan sejak kecil. Bukan memaksakan hal yang memang

mereka tidak suka.
Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni

rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk

lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran2 yang kalau nilai anda jelek

maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas. Ya, kalo pelajaran2

seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk

lulus & naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu

sepuluh, ingat, nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda,

nilai UAS anda tidak menentukan masa depan anda, anda rengking satu di

kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi manusia kelak ketika

anda dewasa, sama sekali, tidak berhubungan menurut saya.
Kuncinya adalah orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang

anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung

pelajaran yang baik... Jangan memaksakan terhadap anak dari yang

asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau

sepuluh, tidak penting! Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai

jelek!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur.
Ada lho, anak yang sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas,

justru itu yang hancur masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali. Orangtua

saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya

berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa

seperti itu. Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di

Indonesia. Memberikan dukungan pada anak2nya, tidak memarahi anak pada

saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat tidak semua

pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus

mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi bahwa, masa depan anda tidak tergantung pada pintar

tidaknya anda di sekolah, masa depan anda tidak tergantung pada anda

naik kelas atau tidak naik kelas,
masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
Masa depan anda sebenarnya tergantung pada kemampuan anda

bersosialisasi,
Masa depan anda tergantung pada cara dan sikap anda dalam menambah

pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari

internet, bari buku, dari pengalaman2 orang, dari mana saja yang anda

sukai.
Saya punya teman yang waktu kecilnya dikenal jelek karna suka main

game, dan sekarang, dia menjadi pemilik toko game terbesar di

Indonesia. Kaya raya.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.

(Saya Deddy Corbuzier)

Sumber:
Diketik dari rekaman Deddy yang berjudul “Pentingkah Sekolah???”
Rekaman diambil dari situs:
http://soundcloud.com/rina-mariana-99/sets/deddy-corbuzier-pentingkah/

Bagi yang ingin mendengarkan rekamannya juga, silahkan kunjungi situs

tersebut atau click link di bawah ini untuk dapat langsung

0 komentar:

saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih