Ghuzilla Humeid Logika Tanda - tanda Kiamat
Kiamat artinya ngadek. Berdiri. Jenggelek dst. Siapa dan apa yang berdiri ? Carilah guru yang mengerti. Inilah tanda-tanda hari kiamat.
1. Matahari Terbit dari Barat ( Niat )
Matahari terbit dari timur lalu tenggelam di barat, begitulah lazimnya. Tatkala ia terbit dari barat maka itulah tanda-tanda kiamat. Artinya, hari ( saat ) kiamat sudah "dekat".
Matahari itu kiasan atau simbol ilmu pengetahuan yang menerangi dunia ini. Belahan bumi sebelah timur pusatnya ilmu bathin, belahan barat pusat ilmu kebendaan, materialistik, wujud dst. Doeloe kala, pusat sumber ilmu yang membuat terang benderang dunia asalnya dari belahan timur, tetapi sejak beberapa abad terakhir ini, kiblat ilmu pengetahuan berpindah ke barat yang cenderung membawa manusia berorientasi kepada hal wujud, materialistik dst. Gilirannya, "mata dunia" digiring untuk mengukur keberhasilan seseorang dari aspek fisik semata.
Makna hakikinya: sudah banyak aliran dalam Islam. Dan tiap-tiap aliran ingin benar sendiri, merasa paling hebat sendiri. Setiap aliran mengklaim dirinya sebagai golongan yang paling benar dan merasa paling dekat dengan Tuhan.
- Dalam situasi apapun jangan mengubah niat, apalagi niatnya untuk beribadah. Jika niat berubah bisa timbul prasangka, lintasan pikiran, dsb yang sifatnya menduga-duga. Timbul keraguan goncangkan niat untuk berbuat kebaikan.
2. Tinggi-tinggian ( Jangan Bergoyang Niat )
Dalam dinamika masyarakat, pola yang nge-trend kini adalah "tinggi-tinggian". Tinggi-tinggian apa saja. Entah tinggi-tinggian ilmu, gedung, kekayaan, pangkat, gelar-gelar sosial dan akademis dst. Yang akan diurai pada analog ini yaitu tinggi-tinggian "celana". Celana itu sarana orang menutup aurat. Atau kaum hawa disebut rok. Apa bakal terjadi jika aurat yang wajib ditutup rapat, justru ditinggi-tinggikan ( dibuat tontonan ) layaknya barang dagangan ?
Ketika "aib rumah tangga" menjadi konsumsi khalayak. Tatkala persoalan kawin cerai, selingkuh dst di kalangan tertentu merupakan trend yang diminati dan ditiru banyak orang. Ketika mereka kembali ( lari ) ke agama, ke ustad dst hanya sekedar pura-pura. Bunyi wirid yang afdol bagi mereka adalah masya allah - masya allah, sambil "sang kyai bingung" menggelengkan kepalanya melihat aurat santri-santrinya. Maknanya: umat Islam bergoncang, iman manusia mulai bergoyang.
- Mengubah niat berbuat baik, akan mengakibatkan kerapuhan niat itu sendiri pada hal lainnya. Lintasan pikiran yang timbul membawa orang untuk berpikir untung - rugi, pahala - dosa dst. Sehingga niat dan rencana yang dikerjakan kurang optimal, sebab sudah muncul pamrih ( tidak ikhlas ).
- Dalam bisnis istilahnya berorientasi ke tujuan bukannya “proccess oriented”. Maka dalam pelaksanaan akan cenderung potong kompas, menghalalkan segala cara, pokok’e tujuan tercapai dst.
3. Salah Jadi Benar - Benar Jadi Salah ( Berpindah Rasa )
Fenomena "salah menjadi benar - benar menjadi salah" sering terlihat di masyarakat. Adagium hukum mengatakan: hukum itu seperti jaring laba-laba, hanya menjerat yang kecil-kecil tetapi yang besar justru merusaknya.
Di tengah masyarakat berkembang stigma KUHP ( kasih uang habis perkara ) bila berurusan dengan penegak hukum. Artinya, 'benar dan kebenaran' cuma hak dan miliknya wong gede, orang berduit dan pejabat saja. Maknanya: zaman sudah bergeser - step by step Islam mulai berubah.
- Dalam pepatah Minang dikatakan, "condong mato karena rancak, condong salero karena lamak" ( kecenderungan mata melihat yang cantik, kecenderungan selera merasakan yang enak ). Pepatah Jawa mengatakan "ono udan salah mongso".
- Apa yang terjadi kalau 'rasa' sudah berpindah. Misalnya selera untuk merasakan yang cantik, dan mata cuma sekedar melihat yang enak. Itulah "rasa" yang salah sasaran. Ketika ia sudah berpindah, maka yang terjadi adalah guru memperkosa santrinya atau kakek "mengembat" cucunya dst.
- Maka inilah titik awal kehancuran. Usaha jenis apapun bisa gulung tikar, sebab hal-hal yang enak dirasakan cuma dilihat-lihat, tetapi yang seharusnya untuk dilihat cenderung ingin dirasakan. Bisnis yang paling laris adalah prostitusi, narkoba, judi dsb.
4. Tua Jadi Muda - Muda Jadi Tua ( Semangat / Hati )
Sanepo Jawa mengatakan:"sing enom ngemong sing tuo". Atau "ono kebo nyusu gudel".
Orang tua kluyuran malam tetapi anaknya justru di rumah. Bapak ibunya berhias diri secara berlebihan justru anaknya amat sederhana. Bapak pecandu narkoba, anaknya justru menasehati dst. Maknanya: iman manusia telah pindah alamat, agama cuma simbol belaka.
- Dalam keadaan apapun, ketika melaksanakan suatu niat berbuat kebaikkan dibutuhkan semangat. Apakah semangat, yaitu fighting spirit ( semangat bertanding ) menyala-nyala. Jangan cederai atau nodai niat / semangat dengan hal-hal kecil menggoda yang seakan-akan lebih baik, tetapi seringkali justru menjerumuskan. Maju terus pantang mundur.
5. Anak Kawin Bapak - Bapak Kawin Anak ( Tak Urus Hasil )
Ketika itulah, dunia sudah tidak berisi manusia lagi. Manusia sudah tidak punya moral. Tak ada iman. Ujudnya manusia, tetapi "isi tubuh" bukan manusia karena tak punya iman. Istilah lain “globalisme” yaitu campurnya nilai-nilai timur dan barat.
Manusia berasal dari air menjadi panas karena dosa-dosa. Bumi semakin panas karena ulahnya. Langit terbelah ( ozon terkuak ). Bumi kehilangan gravitasi. Pecahlah bumi - meledak dunia. Ibarat meteor bumi meluncur kehilangan gravitasi. Seperti lempengan tembaga ia berhenti pada titik keseimbangan gravitasi. Ibaratnya manusia seperti anai-anai yang beterbangan karena tiadanya gravitasi bumi ( Al-Qur’an –Red ).
Dalam keadaan membara muncul air ( bersih ) segar mengalir. Lalu daratan paling jauh ( ujung ) yang tak terkena air disebut padang gersang. Itulah Neraka.
Pada air bersih tadi muncul “bakteri” yang menjadikan air putih. Bakteri tak berguna menjadi asam ( ASAM AMINO-Red ), bisa disebut air kapur ( susu ) yang enak. Lalu tumbuhlah berbagai macam tanaman berbunga menghasilkan air ( madu ) yang menyegarkan, dan madu itu sendiri mengeluarkan bau ( kasturi ) yang tidak membuat mabuk.
Inilah sebuah proses tentang sesuatu apapun, dimanapun bahkan sampai kapanpun, bahwa sesungguhnya surga itu ( di dunia disebut kesenangan, kenikmatan, kebahagiaan dst ) bukanlah sekedar kun fayakun atau bim salabim, tetapi memerlukan proses yang panjang seperti halnya kisah Nabi Zubair ketika itu disuruh Allah melihat proses kebangkitan kudanya setelah mati dan jadi tulang belulang selama 100 tahun (Al-Qur’an-Red ).
- Lakukan proses dengan baik jangan melihat (berharap ) hasil. Ketika mengerjakan sesuatu berorientasi kepada tujuan, maka akan cenderung "potong kompas", atau menghalalkan segala cara dst.
- Secara psikis, ketika seseorang berorientasi pada hasil, maka bila terdapat "kesenjangan" antara harapan dan kenyataan berpotensi memunculkan stress, frustrasi dsb. Karena itu, janganlah mengurus hasil dari apa yang dikerjakan, melainkan lakukan saja proses secara profesional karena sesungguhnya hasil itu milik-Nya.Intinya pasrah disertai niat ( usaha ).
- Pengertian antara kulit dan isi dari tanda-tanda diatas, terkadang tak nyambung bahkan seringkali justru bertolak belakang. Misalnya 'bapak kawin anak - anak kawin bapak' mengandung arti kebejatan moral yang teramat sangat di suatu zaman, tetapi dalam kajian filosofi, dimaknai sebagai kegiatan yang berorientasi kepada proses bukan goal oriented ( berorientasi tujuan ).
0 komentar:
saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih