Dalam masyarakat Baduy

4:44:00 PM Unknown 0 Comments

, peristiwa
kematian disikapi dengan tidak
berlebihan. Malah dalam menghadapi
pemakaman, mereka menggunakan
prinsip yang tidak berbeda dengan cara-cara
Islam. (Malah lebih
condong seperti Muhamadiyah).
Pertama, bila ada seseorang yang meninggal,
maka harus dikebumikan
secepatnya. Dengan cara dibersihkan jasadnya
(dimandikan) dan
dido'akan menurut kepercayaan mereka, maka
jasad yang telah dibungkus
menggunakan kain putih (biasanya) atau kain
batik (bila memang tidak
ada kain putih) langsung dibawa kepemakaman
kampung.
Setiap kampung memiliki pemakaman sendiri
yang terletak sedikit di
luar kampung. Bila ada sungai, biasanya mereka
menguburkannya dekat
sungai.
Proses penguburan juga tidak jauh berbeda,
namun tanah yang diatas
makam, tidak digundukan. Tanahnya dibiarkan
rata seperti semula.
Setelah itu, mereka akan menandai pemakaman
tersebut dengan pohon
Hanjuang. Hati-hati bila di daerah Baduy anda
menemukan pohon
|Hanjuang, berarti 90% tempat tersebut
merupakan pemakaman.
Area pemakaman tidak ditandai apa-apa. Bahkan
mereka membiarkan area
pemakaman ditumbuhi tanaman liar lainnya.
Masyarakat disana tidak mengenal dengan yang
disebut Ziarah kubur.
Prinsip mereka, setelah orang meninggal dunia,
maka arwahnya ada dan
berkumpul di suatu tempat yang di sebut dengan
Balai Nyungcung. Pada
saat itulah terputus hubungan antara yang
meninggal dan yang masih
hidup. Selebihnya bagi yang meninggal akan
ditentukan "nasibnya"
disana sesuai amal perbuatannya selama
melanglang buana.
Jadi Tidak heran jika anda berkunjung ke Baduy,
anda tidak melihat
satupun pemakaman yang mencolok. Semua
tersamar seperti alam biasa.

0 komentar:

saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih