Prinsip Bencana Katastropik yang Kembali Digunakan

6:48:00 PM Unknown 0 Comments



Oleh Prof. R.P. Koesoemadinata

Selasa, 07 Februari 2012 , 06:49:00 WIB Rmonline

TULISAN INI DAPAT MEMBANTU KITA MEMAHAMI BENCANA dan TEMUAN ARTEFAK Peradaban berumur tua seperti yang ditemukan di bawah permukaan Gunung padang dll.




Pengantar Redaksi: Penelitian yang dilakukan Tim Bencana Katastropik Purba yang dibentuk Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana di sejumlah wilayah menemukan indikasi keterkaitan antara bencana besar di masa lalu dengan peradaban manusia pada masa tersebut.

Mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Prof. R.P. Koesoemadinata ikut memberikan catatan mengenai pentingnya mengembangkan model penelitian seperti ini. Berikut ini adalah tulisan Prof. Koesoemadinata di mailing list IAGI yang khusus mengomentari penjelasan DR. Danny Hilman, salah seorang ahli yang ikut dalam penelitian-penelitian Tim Bencana Katastropik Purba tersebut.

Redaksi mengedit beberapa kata dalam tulisan berikut tanpa mengurangi makna. Selamat mengikuti.

***

DARI penjelasan Pak Danny, terkuak adanya pemunculan teori atau lebih yang prinsip yang mendasar (fundamental principle) baru yaitu kembalinya catastrophism principle (atau dalam bahasa Indonesia disebut teori malapetaka) dalam ilmu geologi, dan sekarang diaplikasikan ke bidang arkeologi, runtuhnya atau hilangnya suatu peradaban adalah disebabkan karena adanya bencana, bencana lokal maupun bencana global.

Sebagaimana diketahui ilmu geologi modern dinyatakan setelah munculnya prinsip uniformitarianism dari James Hutton yang melawan prinsip malapetaka, yang terutama meng-invoke adanya suatu bencana (global) untuk perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi, khususnya kepunahan massal yang pada waktu itu diketahui dari penelitian fosil, adanya urut-urutan lapisan yang masing-masing mengandung susunan (assemblage) fosil tertentu dibandingkan dengan urutan lapisan yang di atas maupun di bawahnya, yang oleh Cuvier disebabkan terjadi malapetaka global setiap kalinya (kalau tidak salah dinyatakan ada 13 kali bencana global).

Prinsip ini secara telak dikalahkan dengan prinsip uniformitarianism, di mana proses-proses di bumi berjalan seragam, kepunahan massal masih dapat diterangkan dengan evolusi yang dipercepat (tentu sangat diperkuat dengan ajaran Darwin). Juga gejala-gejala besar seperti Grand Canyon, Pegunungan Himalaya, dsb tidak perlu dijelaskan dengan suatu event yang katastropik. Cukup dengan proses-proses yang berlangsung sekarang yang sangat perlahan-perlahan tetapi berilah waktu jutaan, bahkan ratusan juta tahun maka gejala geologi yang maha besar itu akan terwujud.

Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb.

Namun prinsip katastrophism mulai muncul kembali dengan hasil temuan Alvarez ayah-anak (Alvarez Sr adalah nuclear physicist, Alvarez Jr. seorang geologist) di tahun 1980-an, yang menemukan adanya peningkatan kadar isotop Irridium yang luar biasa pada batas Kapur-Tersier yang kemudian disebutnya KT-boundary pada Gubio Shale di Italia.

Gejala ini dijelaskan dengan adanya benturan meteor di selatan Teluk Meksiko, dan menjadi sangat populer untuk menjelaskan punahnya dinosaurus. Bukti-bukti untuk ini banyak ditemukan dalam bentuknya jelaga, shocked quartz dan banyak lagi. Selain itu para ahli mulai mencari kawah-kawah meteor lainnya yang banyak diketemukan. Punahnya fauna Paleozoic di jelaskan pula dengan benturan asteroid, sehingga terjadi bencana jenis ini harus diakui sebagai proses geologi yang lumrah.

Nah mulai lah kembali prinsip malapetaka ini atau disebut Neo-Catastrophism. Selain benturan asteroid sekarang juga keberadaan supervolcanic eruption mulai disadari yang dapat mengubah iklim dunia dengan "nuclear winter" dan kepunahan kehidupan massal, dan mulai dikenalnya konsep supervolcano yang tidak berbentuk kerucut, seperti Toba Supervolcano, Yellowstone Supervolcano. Juga keberadaan flood-basalt seperti Deccan Trap, Siberian Trap, Columbia Plateau, sekarang ini ditafsirkan sebagai suatu letupan yang dahsyat yang mengeluarkan abu dan gas-gas CO2 dan belerang dan menjadi malapetaka untuk seluruh dunia.

Saluran televisi seperti National Geographic, Discovery Channel, BBC Knowledge, History sangat rajin menayangkan masalah malapetaka global ini. Silahkan simak di Indovision atau Cable Vision. Namun mainstream geologi kelihatannya belum terlalu terpengaruhi dengan fakta-fakta ini dan masih mempertahankan uniformitarianism.

Paling tidak merevisinya dengan apa yang disebut Punctuated Uniformitarianism (proses-proses geologi berjalan seperti biasa, tetapi diwarnai dengan terjadinya katastrofi pada waktu-waktu tertentu).

Apakah prinsip ini sekarang sudah diajarkan pada matakuliah Geologi Dasar Gl 101 atau Geologi Sejarah, saya tidak tahu.

Sebagaimana dijelaskan di atas prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb.

Saya baru sadar dari penjelasan Pak Danny Hilman, bahwa Prinsip Neo-Catastrophism ini sekarang juga kelihatannya diterapkan di bidang arkeologi, bahwa suatu peradaban itu berakhir oleh karena suatu bencana, meskipun bencana yang bersifat lokal, seperti Peradaban Maya dengan piramidnya berakhir karena bencana perubahan iklim yang dahsyat, atau peradaban Borobudur dengan letusan Merapi.

Makanya research Pak Andang dan Pak Danny ini giat mencari bukti-bukti adanya peristiwa bencana purba, seperti tsunami, gempa bumi, ledakan gunung api dan mencoba menghubungkan dengan peradaban dalam bentuk piramide atau bangunan megalithik. Maka tidak aneh kalau "bergabung" dengan team Katastropik Purba dan keterkaitannya dengan "piramida".

0 komentar:

saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih