Pernahkah
anda berpikir siapakah nenek moyang kita? Sebagian besar dari anda
pastilah berpikir Adam dan Hawa. Namun pernahkah anda berpikir
bagaimana dari sepasang manusia bisa muncul beragam ras dengan tampilan
fisik yang begitu berbeda?
kromosom dan DNA (
http://www.understandingrace.org/)
Tampilan fisik pada dasarnya sudah dikodekan dalam gen (DNA) kita.
Gen dalam tubuh kita terletak dalam inti sel, dalam kromosom, yang
tersusun dari untaian rantai DNA. DNA sendiri tersusun atas urutan
pasangan basa (kode genetik) yang menyimpan semua informasi tentang
bagaimana tubuh kita terbentuk, organ-organ bekerja, hingga tampilan
luar tubuh kita.
Kode genetik dalam DNA diintepretasikan dalam ekspresi gen. Dikenal
2 istilah dalam ekspresi gen, yaitu genotip dan fenotip. Genotip
adalah ekspresi gen yang terkodekan namun tidak muncul ke permukaan,
sedangkan fenotip adalah ekspresi gen yang muncul dan teramati. Contoh
dari genotip dan fenotip bisa dilihat dari penyakit bawaan. 2
orangtua normal bisa memiliki anak dengan kelainan jantung karena
salah satu atau keduanya adalah
carrier (pembawa) gen penyakit
tersebut dari garis keluarganya. Dengan demikian, gen kelainan
jantung adalah genotip pada orangtua, namun fenotip pada anak.
Lalu apa hubungannya dengan keragaman manusia? Keragaman pada
manusia (begitu juga pada spesies lain) dapat ditelusuri melalui
perbedaan urutan basa dalam DNA. Ada lebih dari 2 milyar pasangan basa
yang menyusun rantai DNA. Jika rantai DNA yg terpilin dalam bentuk
kromosom itu diurai, maka ia akan membentang sepanjang 1,8 m. Dari
sudut pandang genetika, menusia, apapun rasnya adalah >99% identik,
meskipun perbedaan itu hanya 0,00 sekian %, tidak ada gen yang persis
sama.
SNP (Single Nucleotide Polymorphism), salah satu genetic marker (
http://en.wikipedia.org/wiki/Single-nucleotide_polymorphism)
Perbedaan urutan basa yang ditemukan pada sekelompok individu dalam suatu spesies disebut dengan ‘
genetic marker’ (penanda gen). 2 individu yang memiliki
genetic marker pada posisi yang sama mengindikasikan hubungan kekerabatan. Dari
sinilah kita bisa menelusuri leluhur kita sesungguhnya dan darimana mereka berasal. Semakin banyak
genetic marker khas yang terdapat dalam suatu ras atau spesies, makin beragam karakteristik individu penyusunnya.
Keragaman genetik (
Genetic diversity) semakin berkurang
dengan adanya migrasi. Ketika sekelompok kecil dari nenek moyang kita
bermigrasi ke daerah baru, pada dasarnya mereka membawa dalam diri
mereka
sample yang lebih kecil dari
genetic diversity komunitas asal.
Studi menunjukkan bahwa benua Afrika memiliki
genetic diversity tertinggi di muka bumi.
Genetic marker
dari ras-ras yang ada di seluruh dunia, baik Eropa maupun Asia,
bersumber dari Afrika. Gen Afrika mengandung genotip yang berpotensi
memunculkan ras-ras lain yang sama sekali berbeda dari mereka. Ketika
sebagian dari mereka keluar dari tempat tinggalnya dan terpapar oleh
lingkungan yang baru, maka dalam jangka waktu tertentu akan timbul
mutasi yang akan merubah susunan basa dalam gen, membuat genotip berubah
menjadi fenotip dan membuat mereka rentan terhadap penyakit tertentu.
Masih mengikuti? Bagus. Mari kita masuk ke pembahasan utama :-)
Faces of Human Race (
http://www.salon.com/news/feature/2000/02/15/census/story.jpg)
Lalu darimanakah bangsa kita berasal? Bangsa kita sebagian besar
adalah ras Melayu, yang merupakan cabang dari rumpun Austronesia. Saya
ingat ketika SMP dulu, saya diajari bahwa ras Melayu pada dasarnya
terbentuk dari 2 bangsa: Proto Melayu dan Deutero Melayu.
Proto Melayu adalah ras Mongoloid yang diperkirakan bermigrasi ke
Nusantara sekitar 2500-1500 SM. Ada beberapa teori Antropologi yang
mempostulatkan daerah asal mereka: Provinsi Yunnan di selatan Cina, New
Guinea atau kepulauan Taiwan. Gelombang migrasi kedua mendatangkan
bangsa Deutero Melayu dari dataran Asia Tengah dan Selatan sekitar
tahun 300 SM. Diperkirakan kedatangan Deutero Melayu inilah yang
membawa pengaruh India yang kuat dalam sejarah Nusantara dan Asia
Tenggara pada umumnya. Percampuran antara kedua bangsa inilah yang
memunculkan ras melayu modern, ya kita-kita ini. Di samping itu, proto
Melayu yang masih asli hingga kini diyakini menurunkan etnik dengan
tampilan fisik yang mirip mongoloid seperti suku Dayak.
Selama tak kurang dari 100 tahun, teori ini adalah teori yang
berlaku dan tertulis di buku-buku teks sejarah kita. Namun baru-baru
ini, hasil studi yang dipublikasikan oleh konsorsium HUGO (Human Genome
Project), yang beranggotakan 40
research group dari berbagai
negara, mungkin harus membuat buku sejarah kita ditulis ulang. Apa
pasal? Pada tahun 2009, melalui penelitian panjang yang melibatkan
sampel gen dari hampir 2000 individu di Asia, yang dikombinasikan
dengan riset antropologi kebudayaan, memunculkan sebuah konklusi yang
mengejutkan: Ras Mongoloid bukanlah nenek moyang kita, namun
sebaliknya, kitalah nenek moyang mereka.
Bagaimana bisa? Bukankah bangsa Cina telah membangun peradaban maju
tak kurang dari 4000 tahun yang lalu? Bukankah populasi bangsa Cina
telah sedemikian besar bahkan sejak jaman dinasti Han 2000 tahun yang
lalu?
Edison Liu, dari Genome Institute of Singapore selaku kepala
konsorsium ini menjelaskan, usia suatu komunitas memiliki efek yang
lebih besar kepada
genetic diversity daripada ukuran populasi. Walaupun populasi bangsa China lebih besar, namun
genetic diversity-nya,
terutama etnis Han yang merupakan etnis mayoritas China, lebih rendah
daripada etnis-etnis yang ada di Asia Tenggara. Migrasi ke dataran
China “baru” terjadi 20.000 hingga 40.000 tahun yang lalu, diikuti
dengan meluasnya budaya bertanam padi ke seluruh Asia. Dari dataran Cina
ini, komunitas yang lebih kecil kemudian bermigrasi ke Korea dan
Jepang. Menjadikan ras Altai (Korea-Jepang) ras yang relatif paling muda
di Asia.
Hasil studi menunjukkan bahwa proses migasi manusia yang menghuni
benua Asia adalah melalui garis pantai timur Afrika, semenanjung Arab,
Asia Selatan, baru kemudian masuk ke Asia Tenggara dan Nusantara.
Peristiwa ini terjadi sekitar 85.000-75.000 tahun yang lalu. Dengan
demikian, nenek moyang kita berasal dari dataran India, bukan China.
Hasil riset ini menyusun
family tree dari 73 kelompok etnis
di Asia, dan secara mengejutkan, kelompok etnis Asia Tenggara, yaitu
Thailand dan Indonesia, berada di bagian bawah, hanya setingkat di atas
etnik India dan Uyghur. Genetic diversity di Asia Timur (Jepang, Korea
dan China) dapat ditelusuri dari gen-gen yang ada di Asia Tenggara,
terutama suku Mon di Thailand (yang memiliki gen Dravida, Bengali,
Thai, Negrito, Melayu dll). Dari suku Mon inilah kemudian diturunkan
ras Melayu yang tinggal di selatan Thailand, semenanjung Malaka hingga
Nusantara. Jika diperhatikan dalam
family tree , adalah hal
yang menarik bahwa etnis Minang dan Batak ternyata memiliki gen yg
berasal dari dataran India, sedangkan dalam etnis Jawa dan Sunda, gen
tersebut muncul dalam prosentase yang jauh lebih kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa migrasi dari dataran India masuk melalui semenanjung
Malaka, ke pulau Sumatera sebelum akhirnya menyebar ke seluruh wilayah
Nusantara, menyebabkan
genetic diversity semakin berkurang dari pulau Sumatera ke Sulawesi.
Family Tree, diambil dari Mapping Human Genetic Diversity in Asia, HUGO Pan-Asian SNP Consortium
Peta Sebaran Gen di Asia Tenggara, diambil dari L. Jin et. al
Kesimpulan ini mengejutkan sekaligus sulit diterima. Namun demikian,
analisa sample gen ternyata berkorelasi dengan penelitian Antropologi,
dimana didapati bahwa kebudayaan dan bahasa di Asia Tenggara jauh
lebih kompleks dan beragam daripada Asia Timur. Sebagaimana kita tahu,
ada lebih dari 300 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa di
Nusantara. Di masyarakat kita terdapat berbagai jenis warna kulit dari
coklat gelap, sawo matang hingga kuning langsat. Merujuk pada studi
yang dilakukan HUGO, mungkin saja ribuan tahun lalu, sekelompok
individu dari nenek moyang kita bermigrasi ke utara, menetap di sana,
menikah antar sesamanya (endogamy), dan karena paparan lingkungan yang
jauh berbeda dengan iklim equatorial, memunculkan fenotip yang kita
lihat sebagaimana lazimnya bangsa China modern.
Jika studi ini benar, maka bangsa China yang masuk ke semenanjung
Malaka dan Nusantara di awal masa kolonial pada dasarnya sedang “pulang
kampung” ke tanah nenek moyangnya, dan ungkapan “saudara tua” yang
pernah dilontarkan Jepang di awal invasi ke Indonesia telah salah
kaprah.
Disarikan dari:
http://theonlinecitizen.com/2009/12/dna-suggests-chinese-origin/
http://www.sciencemag.org/content/326/5959/1541.full.pdf
http://news.bbc.co.uk/2/hi/8406506.stm
http://www.understandingrace.org/humvar/molecular_01.html
http://www.understandingrace.org/resources/pdf/myth_reality/long.pdf
http://en.wikipedia.org/wiki/Malay_%28ethnic_group%29#cite_note-13
>
http://sejarah.kompasiana.com/2011/03/02/menyoal-asal-usul-identitas-bangsa-melayu/
0 komentar:
saya harap anda dapat berkomentar tentang postingan yan telah saya sampaikan terimakasih